Android One bukan sekedar ponsel murah . Indonesia bukan Negara tempat pertama kalinya Android One dipasarkan. Pada September 2014, India menjadi tempat kelahiran Android One. Sundar Pichai selaku Senior Vice President Google kala itu menyatakan Android One dibuat agar semakin banyak orang bisa menggunakan smartphone. Karena faktanya, meskipun sudah ada 1,75 miliar orang di dunia maya sudah memiliki smartphone, mayoritas dari populasi dunia yang mana lebih dari 5 miliar orang, belumlah memilikinya.
Dengan Android One, sepertinya Google juga berharap bisa menghapus citra bahwa ponsel Android lokal itu kurang baik. Android One dirancang supaya user memiliki pengalaman penggunaan yang cukup baik.
Ambisi Google cukup jelas. Jika Android One sukses , maka Google bisa mengambil kembali pangsa pasar besar yang telah diraih oleh para manufaktur Android di seluruh Asia, dimana mereka sering membuat Android murah yang kualitasnya juga murahan.
Google menggarap Android One dengan menggandeng sejumlah vendor lokal di masing masing negara terpilih. Google menyediakan spesifikasi rancangan hardware yang dibutuhkan,kemudian vendor yang bekerja sama tinggal mengimplementasikan sesua dengan konsep inti yang sudah diberikan.
Piranti keras tersebut menjadi perhatian utama Google, karena piranti keras tersebut merupaupakan salah satu bagian yang mempengaruhi harga Smartphone.Menurut Google ada 3 hal yang menghambat kepemilikan smartphone berkualitas di negara berkembang : Pertama,soal piranti keras itu sendiri, karena bahkan smartphone untuk pengguna pemula sekalipun masih sulit didapatkan. Kedua,banyak orang yang tidak bisa mengakses piranti lunak Android dan aplikasi terbaru. Ketiga, adalah tidak banyak orang yang smartphonenya bisa mendukung koneksi data yang mumpuni dan mahalnya biaya koneksi internet meskipun sudah tersedia layanan 3G dan 4G.
Jadi intinya , meskipun berharga murah , Google berjanji menyediakan update secara berkelanjutan jika ada piranti lunak resmi yang digulirkan olehnya. Ini berbeda dengan ponsel Android murah yang biasa ditawarkan oleh pabrikan lokal umumnya dimana update software tidak begitu diperhatikan dan merupakan tanggung jawab pabrikan.
Android Lokal di Indonesia
Tiga Android One di Indonesia : Evercoss One X, Mito Impact , dan Nexian Journey dipasarkan dengan harga serupa. Spesifikasi yang dibenamkan kedalamnya pun setara. Layar ukuran FWVGA 4,5inch, processor Quadcore 1,3GHz dan RAM 1 GB, kemudian kamera depan 2 Megapiksel serta kamera utama 5 Megapiksel. Sehingga sedikit kemungkinan terjadi persaingan antar sesama perangkat Android One.
Kabarnya, Micromaxx, Karbonn dan Spice yang memiliki produk Android One kini memutuskan untuk mendistibusikannya ke toko toko fisik meskipun banyak yang diantaranya tidak begitu senang karena mereka tidak diikutisertakan saat peluncuran perdana dan margin keuntungan yang diberikan sangat kecil, yaitu hanya 3-4 persen saja.
Xiaomi yang memang dari awal menjual produknya melalui online store, di Indonesia nyatanya banyak produknya berada di toko toko fisik. Ini menandakan ahwa jika hanya mengandalkan toko online maka penyerapan produknya akan lambat. Tapi sebagai langkah awal, penjualan melalui toko online boleh dicoba. Sebab produsen akan lebih mudah mengetahui seberapa besar minat calon pembeli. Apalagi jika program pre-order ternyata suskes. Ini bisa mengikuti cara Xiaomi yang dikenal dengan metode flash sale nya.
Android One bisa menjadi angin segar bagi pabrikan lokalyang kelihatannya sudah mulai gontai diterjang para pemain besar. Dan jika ternyata sukses, bukana tidak mungkin pemain lokal lainnya akan berlomba mendapatkan pinangan Google untuk memasarkan Android One tahap dua.